Jumat, 27 Desember 2013

Faktor Penyebab Dan Dampak Obesitas

Obesitas atau kelebihan berat badan dapat dialami oleh semua orang, baik tua atau muda, tanpa memandang jenis kelamin, latar belakang sosial, pekerjaan, serta etnis.

Hal seperti ini memang sangat mengkhawatirkan pada beberapa negara sehingga banyak banyak badan atau organisasi yang difungsikan untuk mengatasi tingkat obesitas.

Obesitas dapat meningkatkan resiko terjadinya berbagai macam gangguan kesehatan bagi seseorang yang mengalaminya.  Orang yang mengalami kelebihan berat badan akan rentan terhadap komplikasi dari berbagai macam penyakit seperti diabetes, jantung koroner, serta stroke.

Karena itu memiliki tubuh langsing dan ideal akan lebih menguntungkan bagi kesehatan anda sendiri. Ada berbagai macam faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami obesitas. Diantaranya adalah faktor lingkungan serta genetik.

Perubahan pola makan yang bergeser mengarah ke makanan yang mengandung kalori tinggi serta berubahan gaya hidup modern yang membuat kita kurang bergerak atau kurang aktivitas secara fisik juga dituding sebagai penyebab utama dari terjadinya obesitas yang semakin lama semakin meningkat tajam.
  • Faktor lingkungan.
Banyak mengkonsumsi makanan yang tidak sehat seperti junk food yang memiliki rasa enak namun menyebabkan banyak sekali penyakit yang timbul karenanya. Demikian juga dengan makanan cepat saji. Kurangnya aktifitas fisik seperti olahraga serta bekerja. Selain itu terlalu lama duduk sambil menonton televisi juga dapat meningkatkan penimbunan lemak dalam tubuh kita.
  • Faktor genetika.
Keturunan juga dapat menyebabkan seseorang memiliki potensi untuk menjadi kegemukan atau obesitas, kecenderungan mengalami obesitas akan meningkat sekitar 25 hingga 30%. Dan semakin diperparah dengan adanya lingkungan yang menyukai makanan tinggi kalori serta malah beraktifitas.
  • Faktor penyakit.
Penyakit seperti hipotiroidisme yaitu suatu keadaan dimana efek hormon tiroid dalam suatu jaringan menjadi berkurang, atau penyakit yang terjadi karena kurangnya asupan gizi seperti iodina atau yodium. Kelainan hipotalamus, hipotalamus adalah bagian dari otak yang terdiri dari sejumlah nukleus yang memiliki banyak fungsi yang sangat peka terhadapt steroid, glukokortikoid, glukosa, serta suhu, yang dapat menyebabkan perubahan keseimbangan hormonal di dalam tubuh yang dapat berakibat munculnya penimbunan lemak pada tubuh.

Cara yang sederhana untuk menentukan terjadinya obesitas sentral adalah dengan cara mengukur lingkar perut. Pengukuran lingkar perut umumnya dilakukan pada bagian pinggang  diantara tulang panggul bagian bawah dengan tulang rusuk pada bagian bawah.

Seseorang dapat dikatakan mengalami obesitas sentral jika lingkar perutnya lebih dari 90 cm pada pria, sedangkan wanita ukurannya lebih dari 80 cm.

Selain itu, untuk menetukan keadaan obesitas kita juga bisa menggunakan rumus IMT atau Indeks Massa Tubuh, yaitu dengan mengukur tinggi badan serta berat badan, kemudian membagi berat badan dengan tinggi badan di kuadrat. Berat badan / (tinggi badan x tinggi badan) Contohnya : seseorang dengan berat badan 72 kg serta tingginya 160 cm, maka 72 / (1.6x1.6) = 28.1 (Gemuk)

Orang yang mengalami kegemukan dibandingkan dengan orang yang lebih kurus, akan rentan sekali terserang penyakit-penyakit tertentu.

Perawatan penyakit pada orang yang mengalami obesitas seringkali kurang berhasil dengan baik. Penyakit tertentu diantaranya adalah apendisitis, sirosis, diabetes, penyakit jantung dan pembuluh darah terutama penyakit jantung koroner.

Pasien yang mengalami salah satu dari penyakit diatas yang juga mengalami kegemukan, akan lebih mudah untuk diobati bila mereka mau menurunkan berat badan serta mengatur pola makannya.

Maka, bila anda makan lebih sedikit dari yang dibutuhkan oleh tubuh maka akan dapat merubah lemak menjadi tenaga. Jika dalam beberapa hari ataupun beberapa minggu anda makan sekitar 3500 kalori lebih banyak dari yang dibutuhkan oleh tubuh, maka berat badan anda akan naik sekitar 0,5 kg.

Kelebihan berat badan bukan hanya berpengaruh pada lebar pinggang, namun juga kesehatan otak. Beberapa kasus obesitas memang sangat berbahaya bagi otak. Menurut sebuah penelitian, obesitas akan secara otomatis mengubah pola makan pada individu. Individu tersebut akan semakin menjadi kecanduan untuk makan bila berat badannya bertambah.

Hal ini disebabkan karena otak butuh untuk dipuaskan dengan semua makanan yang manis-manis serta makanan yang berlemak. Dalam sebuah studi di Amerika telah menemukan kaitan antara obesitas dengan sistem kekebalan tubuh.

Pada awalnya obesitas akan mengubah kinerja sistem imun sehingga dapat meningkatkan resiko inflamasi. Inflamasi tersebut kemudian akan mempengaruhi organ otak serta menghancurkan beberapa bagian organ otak.

Hal ini mengakibatkan suasana hati menjadi mudah berubah serta membuat seseorang menjadi susah untuk menghentikan kebiasaan makan secara berlebih. Masih berkaitan dengan inflamasi akibat obesitas, ternyata keadaan ini akan membuat tubuh serta pikiran menjadi mudah stress.

Selain itu, lemak pada bagian perut akan membuat ukuran organ otak menjadi mengecil. Sehingga resiko demensia menjadi semakin meningkat pada orang yang mengalami obesitas. Demensia adalah  suatu istilah yang umumnya digunakan untuk menjelaskan adanya penurunan fungsional yang disebabkan oleh kelainan yang terjadi pada organ otak.

Pernah mendengar diet yoyo? Diet yoyo adalah diet yang cenderung berputar, karena seseorang mengalami peningkatan serta penurunan berat badan yang terus menerus berlanjut. Diet yoyo mampu membuat berat badan menjadi semakin bertambah.

Perputaran ini pun akan mempengaruhi organ otak serta dapat membuat seseorang menjadi cepat stress. Sebuah studi menyebutkan bahwa obesitas mampu merusak memori pada seseorang.

Hal ini dikarenakan adanya hormon yang diperoduksi oleh lemak yang dapat menyebabkan inflamasi. Inflamasi ini nantinya akan memberikan pengaruh pada bagian kognitif seseorang yang dapat berakibat seseorang menjadi hilang ingatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar